Tiga siswa Sekolah Terbuka Yayasan Bina Insan Mandiri Kota Depok sedang gelisah. Mimpi meraih pendidikan tinggi negeri sudah ada di depan mata. Mereka lolos seleksi dengan jalur beragam.
Dodi Dores (19), Muhammad Muar (19), dan Tutik Pujiati (20) kini berusaha menggenggam mimpi mereka agar tidak lepas.
Mereka tidak ingin seperti tahun sebelumnya, ketika beberapa teman mereka gagal masuk perguruan tinggi negeri karena tidak ada biaya. Persoalan biaya bukan hal baru bagi siswa Sekolah Terbuka Yayasan Bina Insan Mandiri. Bisa dimaklumi, sekolah yang ada di tengah Terminal Depok itu merupakan sekolah gratis bagi kaum miskin.
Dodi Dores, anak tukang ojek, lolos seleksi masuk Program Studi Sastra Rusia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI). Impiannya menjadi diplomat sudah di ambang pintu setelah menjalani seleksi masuk UI. Namun, kegelisahan muncul ketika dia belum mendapat kepastian mengenai biaya kuliah.
Senin (25/7) siang, Dodi bepergian bersama Ketua Yayasan Bina Insan Mandiri Nurrohim untuk mencari donatur kuliahnya. Dia pulang sekolah petang hari ketika rasa gelisahnya masih belum hilang. Dodi masih terbayang ketika menelusuri informasi biaya pendaftaran dari situs https://penerimaan.ui.ac.id. Saat membukanya pada 19 Juli, muncul nilai Rp 5 juta sebagai biaya pendaftaran. Namun, ketika dia memencet BOPB (biaya operasional pendidikan berkeadilan), nilai biaya pendaftaran itu hilang. Biayanya secara detail baru muncul pada 27 Juli.
”Duit dari mana, saya tidak tahu,” kata Dodi ketika ditemui di Kantor Yayasan Bina Insan Mandiri.....
Selengkapnya, baca Harian Kompas, 26 Juli 2011.
Dodi Dores (19), Muhammad Muar (19), dan Tutik Pujiati (20) kini berusaha menggenggam mimpi mereka agar tidak lepas.
Mereka tidak ingin seperti tahun sebelumnya, ketika beberapa teman mereka gagal masuk perguruan tinggi negeri karena tidak ada biaya. Persoalan biaya bukan hal baru bagi siswa Sekolah Terbuka Yayasan Bina Insan Mandiri. Bisa dimaklumi, sekolah yang ada di tengah Terminal Depok itu merupakan sekolah gratis bagi kaum miskin.
Dodi Dores, anak tukang ojek, lolos seleksi masuk Program Studi Sastra Rusia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI). Impiannya menjadi diplomat sudah di ambang pintu setelah menjalani seleksi masuk UI. Namun, kegelisahan muncul ketika dia belum mendapat kepastian mengenai biaya kuliah.
Senin (25/7) siang, Dodi bepergian bersama Ketua Yayasan Bina Insan Mandiri Nurrohim untuk mencari donatur kuliahnya. Dia pulang sekolah petang hari ketika rasa gelisahnya masih belum hilang. Dodi masih terbayang ketika menelusuri informasi biaya pendaftaran dari situs https://penerimaan.ui.ac.id. Saat membukanya pada 19 Juli, muncul nilai Rp 5 juta sebagai biaya pendaftaran. Namun, ketika dia memencet BOPB (biaya operasional pendidikan berkeadilan), nilai biaya pendaftaran itu hilang. Biayanya secara detail baru muncul pada 27 Juli.
”Duit dari mana, saya tidak tahu,” kata Dodi ketika ditemui di Kantor Yayasan Bina Insan Mandiri.....
Selengkapnya, baca Harian Kompas, 26 Juli 2011.
(kompas.com)
No comments:
Post a Comment